Kisah Nabi Isa Alaihissalam
Al-Qur’an
menerangkan dalam surat AnNisaa’:157 bahwa Nabi Isa AS tidaklah dibunuh
maupun disalib oleh orang-orang Kafir. Adapun yang mereka salib adalah
orang yang bentuk dan rupanya diserupakan oleh Allah SWT seperti Nabi
Isa AS (sebagian ulama berpendapat orang yang diserupakan adalah
muridnya yang berkhianat yang bernama Yudas Iskariot) dan karena ucapan
mereka:
“Sesungguhnya kami telah membunuh AlMasih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.
(An Nisaa’ : 157)
“Sesungguhnya kami telah membunuh AlMasih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.
(An Nisaa’ : 157)
Nabi
Isa AS diselamatkan oleh Allah SWT dengan jalan diangkat ke langit dan
ditempatkan disuatu tempat yang hanya Allah SWT yang tahu tentang hal
ini. AlQur’an menjelaskan tentang peristiwa penyelamatan ini. ”Tetapi
(yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (An Nisaa’ :158)
(Khotib).
(Khotib).
Kisah Nabi Khidir Alaihissalam
Pada
saat Raja Iskandar Dzul Qarnain pada tahun 322 S. M. berjalan di atas
bumi menuju ke tepi bumi, Allah SWT mewakilkan seorang malaikat yang
bernama Rofa’il untuk mendampingi Raja Iskandar Dzul Qarnain. Di tengah
perjalanan mereka berbincang-bincang, Raja Iskandar Dzul Qarnain berkata
kepada malaikat Rofa’il: “Wahai malaikat Rofa’il ceritakan kepadaku
tentang ibadah para malaikat di langit ”,
malaikat
Rofa’il berkata, “Ibadah para mailaikat di langit di antaranya ada yang
berdiri tidak mengangkat kepalanya selama-lamanya, dan ada pula yang
rukuk tidak mengangkat kepala selama-lamanya ”.
Kemudian raja berkata, “Alangkah senangnya seandainya aku hidup bertahun-tahun dalam beribadah kepada Allah ”.
Lalu
malaikat Rofa’il berkata, “Sesungguhnya Allah telah menciptakan sumber
air bumi, namanya ‘Ainul Hayat’ yang berarti, sumber air hidup. Maka
barang siapa yang meminumnya seteguk, maka tidak akan mati sampai hari
kiamat atau sehingga ia mohon kepada Allah agar supaya dimatikan ”.
Kemudianya raja bertanya kepada malaikat Rofa’il, “Apakah kau tahu tempat “Ainun Hayat itu?”.
mailaikat Rofa’il menjawab, “Bahwa sesungguhnya Ainun Hayat itu berada di bumi yang gelap ”.
Setelah
raja mendengar keterangan dari malaikat Rofa’il tentang Ainul hayat,
maka raja segera mengumpulkan ‘Alim Ulama’ pada zaman itu, dan raja
bertanya kepada mereka tentang Ainul Hayat itu, tetapi mereka menjawab,
“Kita tidak tahu khabarnya, namun seoarng yang alim di antara mereka
menjawab, “ Sesungguhnya aku pernah membaca di dalam wasiat nabi Adam
AS, beliau berkata bahwa sesungguhnya Allah meletakkan Ainul Hayat di
bumi yang gelap ”.
“Di manakah tempat bumi gelap itu?” tanya raja.
Seorang yang alim menjawab, “Di tempat keluarnya matahari”.
Kemudian
raja bersiap-siap untuk mendatangi tempat itu, lalu raja bertanya
kepada sahabatnya. “Kuda apa yang sangat tajam penglihatannya di waktu
gelap ?”.
Para sahabat menjawab, “Kuda betina yang perawan”.
Kemudian
raja mengumpulkan 1000 ekor kuda betina yang perawan-perawan, lalu raja
memilih-milih di antara tentaranya, sebanyak 6000 orang dipilih yang
cendikiawan dan yang ahli mencambuk.
Di
antara mereka adalah Nabi Khidir AS, bahkan beliau menjabat sebagai
Perdana Menteri. Kemudian berjalanlah mereka dan Nabi Khidir AS berjalan
di depan pasukannya dan mereka jumpai dalam perjalanan, bahwa tempat
keluarnya matahari itu tepat pada arah kiblat.
Kemudian
mereka tidak berhenti-henti menempuh perjalanan dalam waktu 12 tahun,
sehingga sampai ditepi bumi yang gelap itu, ternyata gelapnya itu
memancar seperti asap, bukan seperti gelapnya waktu malam. Kemudian
seorang yang sangat cendikiawan mencegah Raja masuk ke tempat gelap itu
dan tentara-tentaranya, berkata ia kepada raja. ”Wahai Raja,
sesungguhnya raja-raja yang terdahulu tidak ada yang masuk tempat yang
gelap ini karena tempat yang gelap ini berbahaya. ”
Lalu Raja berkata: ” Kita harus memasukinya, tidak boleh tidak.”
Kemudian
ketika Raja hendak masuk, maka meraka semua membiarkannya. Kemudian
Raja berkata kepada pasukannya: ”Diamlah, tunggulah kalian ditempat ini
selama 12 tahun, jika aku bisa datang pada kalian dalam masa 12 tahun
itu, maka kedatanganku dan menunggu kalian termasuk baik, dan jika aku
tidak datang sampai 12 tahun, maka pulanglah kembali ke negeri kalian”.
Kemudian
raja bertanya kepada Malaikat Rofa’il: ” Apabila kita melewati tempat
yang gelap ini, apakah kita dapat melihat kawan-kawan kita ?”.
“Tidak
bisa kelihatan”,jawab malaikat Rofa’il,” akan tetapi aku memberimu
sebuah merjan atau mutiara, jika merjan itu ke atas bumi, maka mutiara
tersebut dapat menjerit dengan suara yang keras, dengan demikian maka
kawan- kawan kalian yang tersesat jalan dapat kembali kepada kalian.”
Kemudian
Raja Iskandar Dzul Qurnain masuk ke tempat yang gelap itu bersama
sekelompok pasukannya, mereka berjalan di tempat yang gelap itu selama
18 hari tidak pernah melihat matahari dan bulan, tidak pernah melihat
malam dan siang, tidak pernah melihat burung dan binatang liar,
sedangkan raja berjalan dengan didampingi oleh Nabi Khidlir AS.
Di
saat mereka berjalan, maka Allah SWT memberi wahyu keapda Nabi Khidlir
AS, ”Bahwa sesungguhnya Ainul Hayat itu berada di sebelah kanan jurang
dan Ainul Hayat ini Aku khususkan untuk kamu ”.
Setelah
Nabi Khidlir menerima wahyu tersebut, kemudian beliau berkata kepada
sahabat-sahabatnya: “ Berhentilah kalian di tempat kalian masing-masing
dan janganlah kalian meninggalkan tempat kalian sehingga aku datang
kepada kalian. ”
Kemudian
beliau berjalan menuju ke sebelah kanan jurang, maka didapatilah oleh
beliau sebuah Ainul Hayat yang dicarinya itu. Kemudian Nabi Khidlir AS
turun dari kudanya dan beliau langsung melepas pakaiannya dan turun ke
“Ainul Hayat” (sumber air kehidupan) tersebut, dan beliau terus mandi
dan minum sumber air kehidupan tersebut, maka dirasakan oleh beliau
airnya lebih manis daripada madu. Setelah beliau mandi dan minum Ainul
hayat tersebut, kemudian beliau keluar dari tempat Ainul Hayat itu terus
menemui Raja Iskandar Dzulkarnain, sedangkan raja tidak tahu apa yang
sedang terjadi pada Nabi Khidlir AS, tentang melihat Ainul Hayat dan mandi.
(Menurut
riwayat yang diceritakan oleh Wahab bin Munabbah), dia berkata, bahwa
Nabi Khidlir AS adalah anak dari bibi Raja Iskandar Dzul Qarnain. Dan
raja Iskandar Dzulkarnain keliling di dalam tempat yang gelap itu selama
40 hari, tiba-tiba tampak oleh Raja sinar seperti kilat, maka terlihat
oleh Raja, bumi yang berpasir merah dan terdengar oleh raja suara
gemercik di bawah kaki kuda, kemudian Raja bertanya kepada Malaikat
Rofa’il: “Gemercik ini adalah suara benda apabila seseorang
mengambilnya, niscaya ia akan menyesal dan apabila tidak mengambilnya,
niscaya ia akan menyesal juga. ”
Kemudian
di antara pasukan ada yang membawanya namun sedikit, setelah mereka
keluar dari tempat yang gelap itu, ternyata bahwa benda tersebut adalah
yakut yang berwarna merah dan jambrut yang berwarna hijau, maka
menyesallah pasukan yang mengambil itu karena mengambilnya hanya
sedikit, demikianlah pula pasukan yang tidak mengambilnya, bahkan lebih
menyesal. Diriwayatkan oleh Ats-tsa’Labi dari: Iman Ali Rodliayllohu ‘
anhu.
1.
Cerita ini dikutib dari kitab “ Baidai’iz karangan Syeikh Muhammad bin
Ahmad bin Iyas halaman 166 – 168. Penerbit: Usaha Keluarga s Semarang.
2. Cerita dari Kitab Nuzhatul Majalis Karangan Syeikh Abdul Rohman Ash-Shafuri.
Penerbit Darul Fikri Bairut Halaman 257 – 258.
(Salafy Tobat).
(Salafy Tobat).
Kisah Nabi Idris Alaihissalam
Lalu
keduanya menerusakan perjalanan sampai empat hari lamanya dan selama
itu pula Nabi Idris AS menemukan keanehan yang ada pada Malaikat itu dan
Nabi Idris AS bertanya: ”Hai tuan, kamu ini sebenarnya siapa?”,
Malaikat itu menjawab: ”Saya adalah malaikat pencabut nyawa”.
Nabi Idris AS bertanya:” Apakah kamu akan mencabut nyawa manusia?”,
Malaikat menjawab:”Ya”,
Nabi Idris AS bertanya: ”Apakah kamu juga mencabut nyawa selama dalam perjalanan bersama saya?”,
Malaikat
menjawab: ”Ya, saya telah mencabut beberapa nyawa manusia dan
sesungguhnya nyawa manusia itu adalah bagaikan hidangan makanan, sebagai
mana kamu menghadapi sesuap makanan saja”.
Nabi Idris AS berkata: ”Dan apakah kamu datang ini untuk mencabut nyawa saya atau sekedar berkunjung?”,
Malaikat menjawab: ”Saya datang hanya untuk berkunjung”,
Nabi Idris AS berkata: ”kalau begitu saya punya hajat kepadamu”,
Malaikat menjawab: ”Hajat apa, hai Nabi Idris?”
Nabi
Idris AS berkata: ”Saya ingin agar kamu mencabut nyawa saya, lalu
memohonlah kepada Allah untuk menghidupkan saya sehingga saya bisa
beribadah kepada Allah sesudah merasakan sakitnya mati”.
Malaikat menjawab: ”Sungguh saya tidak bisa mencabut nyawa seseorang tanpa seijin Allah”.
Lalu Allah SWT berfirman kepada Malaikat: ”Cabutlah nyawa Idris!”.
Kemudian
malaikat itu mencabut nyawa Nabi Idris AS dan matilah Nabi Idris AS
lalu Malaikat menangis sambil merendahkan diri untuk memohon kepada
Allah SWT agar menghidupkan Nabi Idris AS kembali, kemudian Allah
menghidupkan Nabi Idris AS, lalu malaikat bertanya: ”Hai Nabi Idris
bagaimana rasanya mati itu?”.
Nabi
Idris AS berkata:”Sungguh rasanya mati itu bagaikan binatang yang
dikuliti dalam keadaan masih hidup, sedang rasa mati itu melebihi 100X
lipat rasa sakit binatang yang dikuliti dalam keadaan masih hidup”.
Malaikat
menjawab:”Hai Nabi Idris, padahal saya mencabut nyawamu itu dengan cara
hati-hati dan sangat halus dan ini belum pernah saya lakukan kepada
siapapun”.
Nabi
Idris AS berkata: ”Saya mempunyai hajat yang lain kepadamu, yaitu ingin
melihat neraka jahannam, agar saat melihat itu saya lebih banyak
beribadah kepada Allah”.
Malaikat
menjawab: ”Sungguh saya tidak bisa masuk neraka jahannam tanpa ada izin
dari Allah”, lalu Allah SWT berfirman kepada Malaikat: ”Pergilah kamu
bersama Nabi Idris ke neraka jahannam”.
Kemudian
malaikat bersama Nabi Idris AS pergi ke neraka jahannam, maka Nabi
Idris AS dapat melihat segala yang dipersiapkan untuk menyiksa di neraka
jahannam, lalu keduanya kembali dari neraka jahannam. Nabi Idris AS
berkata: ”Saya punya hajat lagi kepada kamu, agar kamu mengajakku pergi
ke syurga,dan setelah itu saya akan menjadi hamba yang lebih taat dalam
beragama”.
Malaikat berkata: ”Saya tidak bisa masuk syurga tanpa ada ijin dari Allah”.
Malaikat berkata: ”Saya tidak bisa masuk syurga tanpa ada ijin dari Allah”.
Lalu Allah AS berfirman: ”Hai Malaikat pergilah kamu bersama Idris ke syurga”.
Dan
keduanya pergi ke syurga dan berhanti di depan pintu syurga, maka Nabi
Idris AS dapat melihat segala kenikmatan yang ada dalam syurga, melihat
kerajaan yang banyak, melihat anugerah yang banyak dan melihat pepohonan
dan buah-buahan yang beraneka macam ragamnya.
Nabi
Idris berkata: ”Wahai Malaikat, saya telah merasakan mati, telah
melihat segala macam siksaan dalam neraka, lalu mohonlah kepada Allah,
agar ia memberi izin saya masuk ke syurga, sehingga saya dapat minum air
syurga dan sakit saya menjadi hilang serta terhindar dari neraka
jahannam”.
Lalu
Allah Berfirman kepada malaikat: ”Masuklah kamu ke syurga bersama
Idris”, kemudian keduanya masuk syurga dan Nabi Idris AS meletakan
sandalnya di bawah salah satu pohon di syurga, dan setelah keluar dari
syurga.Nabi Idris berkata kepada Malaikat: ”Sungguh sandal saya
tertinggal di syurga, maka kembalikan saya ke syurga”, dan
setelah Nabi Idris AS tiba di syurga, Nabi Idris AS tidak mau di ajak
keluar, ia ingin tetap tinggal dalam syurga, hingga Malaikat
berteriak:”Hai Nabi Idris, keluarlah”, dan
Nabi Idris AS tetap tidak mau keluar, dan berkata: ” Karena Allah telah
berfirman”: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati…”(Q.Surat
Ali’imran ayat 185), Sedang saya telah merasakan mati.
Dan
Allah Berfirman: “Dan tidak seorangpun darimu, melainkan mendatangi
neraka itu….” (Q.Surat Maryam ayat 71). Dan sungguh saya telah memasuki
neraka jahannam, dan Allah juga berfirman: “…….. dan sekali-kali mereka
tidak akan di keluarkan dari padanya (syurga)”. (Q.Surat AL Hijr ayat
48)”.
Malaikat berkata: ”Lantas siapa yang akan mengeluarkan mu?”.
Lalu
Allah berfirman kapada Malaikat: ”Tinggalkanlah Nabi Idris di syurga,
sungguh Aku telah menetapkannya, bahwa ia termasuk ahli syurga”, kemudian Malaikat itu meninggalkan Nabi Idris AS di syurga dan tetaplah Nabi Idris AS berada dalam syurga untuk selama-lamanya. (Blog Anak Indonesia Timur).
Kisah Nabi Ilyas Alaihissalam
Ketika
sedang beristirahat datanglah Malaikat kepada Nabi Ilyas AS, Malaikat
itu datang untuk menjemput ruhnya. Mendengar berita itu, Nabi Ilyas AS
menjadi sedih dan menangis.
“ Mengapa engkau bersedih?” tanya Malaikat maut.
“ Tidak tahulah.” Jawab Nabi Ilyas AS.
“Apakah engkau bersedih karena akan meninggalkan dunia dan takut menghadapi maut ?” tanya Malaikat.
“Tidak.
Tiada sesuatu yang aku sesali kecuali karena aku menyesal tidak boleh
lagi berzikir kepada Allah, sementara yang masih hidup boleh terus
berzikir memuji Allah, ” jawab Nabi Ilyas AS.
Saat
itu Allah SWT lantas menurunkan wahyu kepada Malaikat agar menunda
pencabutan nyawa itu dan memberi kesempatan kepada Nabi Ilyas AS
berzikir sesuai dengan permintaannya. Nabi Ilyas AS ingin terus hidup
semata-mata karena ingin berzikir kepada Allah SWT. Maka berzikirlah
Nabi Ilyas AS sepanjang hidupnya.
“ Biarlah dia hidup di taman untuk berbisik dan mengadu serta berzikir kepada-Ku sampai akhir nanti. ” Firman Allah SWT.
No comments:
Post a Comment