Diriwayatkan
dari Al-Ja’d bin Abdurrahman bahwa ia mendengar As-Sa’ib bin Yazid berkata,
“Suatu hari, bibi saya membawa saya pergi menghadap Rasulullah saw. ‘Wahai
Rasulullah, keponakan saya ini sedang sakit,’ ungkap bibi saya.
Maka
beliau pun mengusap kepala saya dan berdoa untuk keberkahan. Beliau berwudhu,
saya meminum bekas air wudhunya, dan berdiri di belakangnya. Di saat itulah,
saya melihat ada tanda kenabian (Khatim An-Nubuwwah) di antara
pundaknya. Tanda tersebut sebesar telur burung puyuh.” Imam Al-Bukhari
meriwayatkan hadits ini dari Muhammad bin Abdillah, dari Hatim, dengan redaksi
sama seperti di atas. Pemaknaan ‘telur burung puyuh’ tersebut adalah merujuk
pada pendapat Abu Sulaiman Al-Khaththabi.
Diriwayatkan
dari Jabir bin Samurah, “Saya melihat tanda diantara dua pundak Rasulullah
berupa kelenjar berwarna merah seperti telur burung.”
Dari
Amr bin Akhtab, ia menuturkan, “Rasulullah pernah berkata kepada saya, ‘Wahai
Abu Zaid, mendekatlah kemari dan usaplah punggungku.’
Maka
ketika saya mengusapnya, jari saya mengenai tanda kenabian. Lalu saya bertanya,
“Tanda apakah ini?”
Beliau
menjawab, “Bulu-bulu yang menggumpal.”
Dari
Abu Nadhrah, ia berkata, “Saya bertanya kepada Abu Sa’id Al Khudri tentang
tanda kenabian yang ada pada diri Rasulullah. Kemudian Abu Sa’id menjawab,
“Tanda itu berupa daging yang menonjol.”
Dari
Abdullah bin Sarjas, ia menuturkan, “Saya menghadap Nabi saw yang ketika itu
sedang bersama para sahabatnya. Kemudian saya berjalan ke belakang beliau.
Rupanya beliau tahu persis apa yang saya inginkan. Maka beliau menurunkan
selendang dari punggungnya. Pada saat itulah saya melihat tanda kenabian di
pundaknya. Tanda itu sebesar kepalan tangan, di sekelilingnya ada tahi lalat,
terlihat seperti kutil-kutil biasa yang ada di kulit.”
Masih
dari Abdullah bin Sarjas, “Saya menghadap Nabi saw, kemudian saya makan roti
dan daging bersamanya. Setelah itu, saya bergeser sampai ke tepat di arah
belakang beliau sehingga melihat tanda kenabian di kedua pundaknya. Tanda itu
di tengkuk pundak kiri beliau berupa kumpulan daging yang dikelilingi oleh tahi
lalat.”
Dari
Abi Ma’unah bin Qurrah, ia berkata, “Saya datang demi memenuhi panggilan Nabi
saw. Dalam kesempatan itu, saya mohon beliau mengizinkan saya memasukkan kedua
tangan ke jubahnya. Beliau tidak keberatan. Maka di saat itulah, saya menemukan
di tengkuk pundaknya kelenjar yang menonjol.”
Diriwayatkan
dari Anas bin Malik, ia berkata, “Nabi saw biasa masuk ke rumah Ummu Sulaim,
lalu tidur di ranjangnya, sementara Ummu Sulaim sendiri sedang tidak ada.
Suatu
hari, beliau datang ke rumah Ummu Sulaim dan tidur di ranjangnya. Ada seseorang
yang memberitahukan hal ini kepada Ummu Sulaim. “Rasulullah sedang tidur di
ranjangmu, wahai Ummu Sulaim!” kata orang itu. Maka Ummu Sulaim pulang dan
mendapati tempat tidurnya penuh keringat. Tidak menunggu lama, ia langsung
membuka tempat pakaiannya, mengeluarkan kain dari dalamnya, lalu menyerap air
keringat tersebut dan diperasnya untuk dituang di gelas.
“Apa
yang kau lakukan, wahai Ummu Sulaim?” Tanya Rasulullah saw. “Kami berharap
dengan keringat engkau ini keberkahan untuk anak-anak kami,” jawab Ummu Sulaim.
“Kamu
akan mendapatkannya,” sahut Nabi.
Masih
menurut Anas, “Rasulullah saw berkulit cerah dan keringatnya bagai butir-butir
mutiara.”
Hubaib
bin Abi Hardah mendapat berita dari seorang dari Bani Huraisy, bahwa ia
berkata, “Saya berada di samping ayah saya ketika Rasulullah saw merajam Ma’iz
bin Malik (karena berzina). Disaat beliau mengambil batu yang besar, saya
merasa takut dan ngeri melihatnya. Maka saya merangkul Rasulullah saw. Ketika
itulah, saya mencium keringat yang keluar dari ketiak beliau harum mewangi
bagaikan parfum kasturi.”
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah, “Suatu ketika ada seorang pria datang, ‘wahai Rasulullah,
saya mau menikahkan putri saya. Mohon kiranya engkau dapat menolong saya.’
Rasulullah
menjawab, “Sebenarnya aku tidak memiliki apa-apa. Tapi jika mau, kamu besok
bisa datang lagi kemari dengan membawa botol yang tutupnya besar dan sebatang
kayu pohon.”
Keesokan
harinya pria itu datang lagi dengan membawa benda-benda yang disebutkan Nabi.
Maka beliau langsung memeras keringat dari kedua lengannya, lalu dituangkan ke
botol sampai penuh.
“Ambil
ini dan katakan kepada putrimu, jika ia hendak memakai wewangian, cukup
mencelupkan kayu ini ke botol, maka kayu itu akan membuatnya harum,” kata Nabi.
Semenjak
itu, apabila putri pria tadi memakai parfum dengan kayu dari Nabi, maka
penduduk Madinah mencium wangi yang semerbak darinya. Mereka lalu menamakan
keluarga pria tadi sebagai “orang-orang yang harum”.
Sumber:
theroadtomuhammad.blogspot.com
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.