note :
Cerita-cerita pendek ini dikumpulkan oleh Syuhada Sheikh Abdullah Azzam dari medan jihad Afghanistan yang diceritakan/ditanyakan atau diketahui langsung oleh beliau selama perjalanan beliau berkeliling. Jadi kumpulan cerita pendek ini bukanlah dongengan atau karangan namun adalah kisah nyata.
DARI TANAH JIHAD AFGHANISTAN
Orang Rusia mengatakan bahwa pekikan Allahu-Akbar menggoncangkan hati mereka Rahmatullah bercerita, "Kami berhasil menawan seorang Rusia. Lalu ia berkata kepada kami, "Kami tidak takut dengan senjata mesin atau peluru kalian, tetapi yang kami takuti adalah pekikan Allahu-Akbar yang berhasil menggoncangkan dan menggetarkan hati kami, seolah-olah gempa yang dahsyat". Lalu ia bertanya, "Senjata jenis apakah itu?" Orang Rusia mengakui adanya keramat Ismail Abu Jar bercerita kepada saya bahwa orang-orang Rusia mengakui adanya keramat. Hal ini dinyatakan mereka dalam sebuah konfrensi pers pada bulan Desember 1983. Mereka berkata, "Kami melihat hal-hal yang menakjubkan, suatu supernatural (keramat), yang seolah-olah tidak masuk akal di Afghanistan. Antara lain, peristiwa tatkala kaum mujahidin menghadang iring-iringan tank kami seraya berteriak kepada kami, "Menyerah!" Kami ingin menembaki mereka, tetapi tiba-tiba serangan gencar terhadap kami telah mendahuluinya, padahal kami tidak melihat seorangpun yang mengepung kami. Akhirnya pasukan tank kami berhasil dihancurkan dan dikalahkan".
Pasukan berjubah putih
Komandan Muhammad Umar di daerah Kabul, yang menjadi saudara misan Muhammad Sidiq Chakare, Komandan Front Jajee adalah seorang Syahid yang terlihat tanda-tanda keshalehannya. Dia bercerita kepada kami, "Kami terdiri dari 50-60 orang Mujahidin. Kami menyerang iring-iringan kendaraan musuh, kami berhasil membunuh sebagian besar anggotanya. Sesudah kontak senjata usai, banyak di antara pasukan musuh yang mengibarkan bendera putih dan mendatangi kubu kami untuk menyatakan hendak menyerahkan diri. Setelah penyerahan diri mereka kami terima dengan baik merekapun bertanya dengan penuh keheranan, "Mana orang-orang yang berjubah putih tadi?" Kami menjawab dengan nada heran pula, "Tidak ada seorangpun di antara kami yang berjubah putih." Seribu orang asing ikut berperang bersama dua puluh mujahidin Seorang sopir mobil di Jajee, bernama Muhammad Safar telah bercerita kepada kami, "Kami telah memerangi musuh. Jumlah personel kami sekitar 20 orang Mujahid, sedangkan jumlah musuh besar sekali. Ketika kontak senjata sedang berkecamuk, tiba-tiba kami melihat sekitar seribu orang berperang bersama kami. Setelah pertempuran usai, mereka pergi dan menghilang dari penglihatan kami".
Lapangan dipadati dengan orang berseragam putih
Abdul Wahid bin Fidh Muhammad, dahulu sewaktu jaman pemerintahan Taraqi adalah salah seorang letnan kolonel pasukan pemerintah. Tetapi kemudian dia bergabung ke dalam barisan kaum mujahidin. Dia bercerita kepada saya. Katanya, "Pada suatu hari saya berhasil menawan seorang perwira komunis dari propinsi Herat, bernama Abdul Wahhab. Saya bertanya kepadanya, "Mengapa kamu menyerahkan diri kepada kami?" Dia menjawab, "Saya melihat seluruh lapangan dipenuhi oleh pasukan yang berseragam putih".
Kain kafannya tertulis dengan darah sang Syahid
Abdul Jabbar dari Zarghan Syahar, dari kelompok mujahidin yang bekerja sama dengan Syir Agha bercerita. Katanya, "Pada tanggal 1 Juli 1986, telah tewas seorang syahid berasal dari Baghman. Muhammad Agha tewas setelah mengadakan penyerbuan ke pusat-pusat kaum komunis. Kami melihat pada kain kafannya tertulis dengan darahnya kalimat "Laa ilaahailla-Allah, Muhammad Rasulullah" Peristiwa ini dilihat oleh para mujahidin yang bersama dengan saya pada waktu itu".
Sebuah kemah yang tiba-tiba menghilang
Sayyid Karim dari Bagh Jai di daerah Khurd Kabul, bercerita kepada saya. Katanya, "Kami sebanyak 11 orang mujahid. Tiba-tiba kami diserang dengan bom gas beracun. Di antara kami syahid 6 orang. Selama tiga hari kami menderita kelaparan dan sangat letih. Di hadapan kami terbentang padang yang luas sekali, namun kami tidak melihat seorangpun di sana. Tetapi tak lama kemudian, kami melihat sebuah kemah. Di depan pintu kemah itu berdiri seorang perempuan. Lalu ia membagi-bagikan roti dan susu kepada kami. Kemudian kami meneruskan perjalanan. Ketika kami menoleh ke belakang, kami tidak melihat kemah dan perempuan itu lagi".
Jumlah mujahidin bertambah
Sheikh Abdul Qadir yang berusia sekitar 70 tahun bercerita kepada kami di Baqhman. Katanya, "Kami terdiri dari 17 Mujahidin. Ketika kami terlibat dalam suatu pertempuran dengan musuh, ternyata jumlah pasukan kami ada sekitar 80 orang. Anak saya, Muhibbullah, yang memimpin Pasukan Mujahidin itu merasa khawatir, jangan-jangan pasukannya disusupi milisi musuh. Maka saya berkata kepadanya, "Tawakkal-lah kepada Allah" Seusai pertempuran, jumlah pasukan kami ditemukan tinggal 11 orang karena 6 orang mati syahid, sedangkan kerugian di pihak musuh 1200 prajuritnya tewas.
Peluru menembus kaki tanpa rasa sakit
Muhammad Yasin bercerita kepada kami. Katanya, "saya terkena peluru yang menembus kaki, tetapi walaupun begitu saya tidak merasa sakit sedikitpun, sehingga saya bisa menempuh perjalanan selama dua hari, dari Dubandi sampai ke Tarmanjal".
Aqidah di atas silsilah keturunan
Seorang perwira dari Kabul, bernama Hisymatullah berbicara pada kami di Jajee pada tanggal 15 Ramadhan 1405H di hadapan Sidiq Chakare, Komandan Pasukan Mujahidin di sana. Katanya, "Pada waktu itu di Kabul ada seorang perwira militer yang jahat sekali. Nama perwira itu Zhafar Syah. Kami pergi untuk membunuhnya, tetapi kami tidak menemukannya. Kami pergi ke masjid di desa itu dan meminta bantuan kepada beberapa orang di sana. Kami pergi mencarinya dari rumah ke rumah, akhirnya kami menemukannya sedang tidur nyenyak di rumahnya. Kami menangkapnya dan membawanya ke masjid itu kembali. Di masjid itu kami bertanya kepada yang hadir, apakah ada seorang yang menyaksikan bahwa dia seorang muslim. Ternyata tidak seorangpun yang menyaksikannya. Kemudian di antara kerumunan orang banyak majulah saudara kandungnya, seraya berkata, "Kalau kalian membiarkannya hidup, maka kalian bukan Kaum Mukminin". Demikianlah kami membunuhnya dan melemparkan mayatnya di jalan kota Kabul.
Seorang anak delapan hari di bawah tumpukan salju
Sahar Jul dari Kabul, seorang keluarga dekat Chakare, bercerita kepada kami. Katanya, "Seorang keluarga yang shaleh melarikan diri dari kebuasan tentara Rusia dalam perjalanannya di Dzra (Gunung Putih) dari Nanjar Har. Pada waktu itu ketinggian salju sudah mencapai lebih dari satu meter. Lalu keluarga itu terpaksa meninggalkan putranya yang berusia 8 tahun di sebuah tempat. Ia datang menemui Para Mujahidin dan melaporkan bahwa putranya terpaksa ditinggalkan di tempat tersebut dan keluarga itu memohon untuk mengambil anak mereka agar bisa dikubur. Maka kamipun pergi ke tempat tersebut sesudah delapan hari. Ternyata kami menemukannya masih hidup di bawah tumpukan salju".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.