Saturday, July 20, 2013

Tanda Kenabian


 
Diriwayatkan dari Al-Ja’d bin Abdurrahman bahwa ia mendengar As-Sa’ib bin Yazid berkata, “Suatu hari, bibi saya membawa saya pergi menghadap Rasulullah saw. ‘Wahai Rasulullah, keponakan saya ini sedang sakit,’ ungkap bibi saya.

Maka beliau pun mengusap kepala saya dan berdoa untuk keberkahan. Beliau berwudhu, saya meminum bekas air wudhunya, dan berdiri di belakangnya. Di saat itulah, saya melihat ada tanda kenabian (Khatim An-Nubuwwah) di antara pundaknya. Tanda tersebut sebesar telur burung puyuh.” Imam Al-Bukhari meriwayatkan hadits ini dari Muhammad bin Abdillah, dari Hatim, dengan redaksi sama seperti di atas. Pemaknaan ‘telur burung puyuh’ tersebut adalah merujuk pada pendapat Abu Sulaiman Al-Khaththabi.

Diriwayatkan dari Jabir bin Samurah, “Saya melihat tanda diantara dua pundak Rasulullah berupa kelenjar berwarna merah seperti telur burung.”

Dari Amr bin Akhtab, ia menuturkan, “Rasulullah pernah berkata kepada saya, ‘Wahai Abu Zaid, mendekatlah kemari dan usaplah punggungku.’

Maka ketika saya mengusapnya, jari saya mengenai tanda kenabian. Lalu saya bertanya, “Tanda apakah ini?”

Beliau menjawab, “Bulu-bulu yang menggumpal.”

Dari Abu Nadhrah, ia berkata, “Saya bertanya kepada Abu Sa’id Al Khudri tentang tanda kenabian yang ada pada diri Rasulullah. Kemudian Abu Sa’id menjawab, “Tanda itu berupa daging yang menonjol.”

Dari Abdullah bin Sarjas, ia menuturkan, “Saya menghadap Nabi saw yang ketika itu sedang bersama para sahabatnya. Kemudian saya berjalan ke belakang beliau. Rupanya beliau tahu persis apa yang saya inginkan. Maka beliau menurunkan selendang dari punggungnya. Pada saat itulah saya melihat tanda kenabian di pundaknya. Tanda itu sebesar kepalan tangan, di sekelilingnya ada tahi lalat, terlihat seperti kutil-kutil biasa yang ada di kulit.”

Masih dari Abdullah bin Sarjas, “Saya menghadap Nabi saw, kemudian saya makan roti dan daging bersamanya. Setelah itu, saya bergeser sampai ke tepat di arah belakang beliau sehingga melihat tanda kenabian di kedua pundaknya. Tanda itu di tengkuk pundak kiri beliau berupa kumpulan daging yang dikelilingi oleh tahi lalat.”

Dari Abi Ma’unah bin Qurrah, ia berkata, “Saya datang demi memenuhi panggilan Nabi saw. Dalam kesempatan itu, saya mohon beliau mengizinkan saya memasukkan kedua tangan ke jubahnya. Beliau tidak keberatan. Maka di saat itulah, saya menemukan di tengkuk pundaknya kelenjar yang menonjol.”

 



Diriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata, “Nabi saw biasa masuk ke rumah Ummu Sulaim, lalu tidur di ranjangnya, sementara Ummu Sulaim sendiri sedang tidak ada.

Suatu hari, beliau datang ke rumah Ummu Sulaim dan tidur di ranjangnya. Ada seseorang yang memberitahukan hal ini kepada Ummu Sulaim. “Rasulullah sedang tidur di ranjangmu, wahai Ummu Sulaim!” kata orang itu. Maka Ummu Sulaim pulang dan mendapati tempat tidurnya penuh keringat. Tidak menunggu lama, ia langsung membuka tempat pakaiannya, mengeluarkan kain dari dalamnya, lalu menyerap air keringat tersebut dan diperasnya untuk dituang di gelas.

“Apa yang kau lakukan, wahai Ummu Sulaim?” Tanya Rasulullah saw. “Kami berharap dengan keringat engkau ini keberkahan untuk anak-anak kami,” jawab Ummu Sulaim.

“Kamu akan mendapatkannya,” sahut Nabi.

Masih menurut Anas, “Rasulullah saw berkulit cerah dan keringatnya bagai butir-butir mutiara.”

Hubaib bin Abi Hardah mendapat berita dari seorang dari Bani Huraisy, bahwa ia berkata, “Saya berada di samping ayah saya ketika Rasulullah saw merajam Ma’iz bin Malik (karena berzina). Disaat beliau mengambil batu yang besar, saya merasa takut dan ngeri melihatnya. Maka saya merangkul Rasulullah saw. Ketika itulah, saya mencium keringat yang keluar dari ketiak beliau harum mewangi bagaikan parfum kasturi.” 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, “Suatu ketika ada seorang pria datang, ‘wahai Rasulullah, saya mau menikahkan putri saya. Mohon kiranya engkau dapat menolong saya.’

Rasulullah menjawab, “Sebenarnya aku tidak memiliki apa-apa. Tapi jika mau, kamu besok bisa datang lagi kemari dengan membawa botol yang tutupnya besar dan sebatang kayu pohon.”

Keesokan harinya pria itu datang lagi dengan membawa benda-benda yang disebutkan Nabi. Maka beliau langsung memeras keringat dari kedua lengannya, lalu dituangkan ke botol sampai penuh.

“Ambil ini dan katakan kepada putrimu, jika ia hendak memakai wewangian, cukup mencelupkan kayu ini ke botol, maka kayu itu akan membuatnya harum,” kata Nabi.

Semenjak itu, apabila putri pria tadi memakai parfum dengan kayu dari Nabi, maka penduduk Madinah mencium wangi yang semerbak darinya. Mereka lalu menamakan keluarga pria tadi sebagai “orang-orang yang harum”.

Sumber: theroadtomuhammad.blogspot.com

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.